undefined
undefined
undefined
ENERGI TERBARUKAN, PROGRAM BINA DESA KURANJI KEBONG KONGO GUNUNG PENGSONG
LATAR BELAKANG
Tri Darma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan,
Penelitian dan pengabdian pada masyarakat merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan. Disamping itu, dalam misi pendidikan nasional pun
mengamanatkan untuk memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi yang memiliki orientasi meningkatkan
profesionalisme dan akuntabilitas lembaga pendidikan dalam bingkai pembudayaan
ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar
nasional dan global (RISTEKDIKTI, 2016).
Menindaklanjuti amanat tersebut, Unit Kegiatan Mahasiswa
Penalaran Dan Riset Ilmiah Mahasiswa (UKM PRIMA) Universitas Mataram membentuk
aliansi untuk melakukan pengabdian dengan mengusung tema energi baru dan
terbarukan. Sasaran kegiatan pengabdian di Desa Kebon Kongo Gunung Pengsong
yang terletak Di Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Terpilihnya desa ini
atas dasar permasalahan yang sering di diskusikan oleh Pemkot Mataram yang
tidak kunjung terselesaikan, dibuktikan dengan pernyataan yang dilansir melalui
lombok post menyatakan, “Empat hari
sampah tidak diangkut. Mataram benar-benar menjadi lautan sampah. Bau busuk di
mana-mana. Dari gang ke gang hingga jalan utama, tercium aroma sampah
membusuk”. Labih dari itu, truk-truk pengangkut sampah yang sudah penuh
terpaksa diparkir di kantor Dinas Kebersihan Kota Mataram. Karena tidak ada
lokasi lain untuk membuang. Kantor dinas pun menjadi tempat penampungan
sementara. Komplek perkantoran ini pun menimbulkan bau busuk yang luar biasa (www.lombokpost.net).
Desa Kebon Kongo Gunung
Pengsong merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang tidak memiliki kapasitas
tempat untuk menampung sampah yang kian menimbun. Berdasarkan hasil wawancara
dengan
Baiq Annisa Dwi Lestari, mahasiswa pendidikan biologi FKIP UNRAM yang sudah
melakukan penelitian menyatakan, volume sampah rata-rata yang masuk ke TPA
Kebun Kongok adalah 200 ton dengan amrol membawa 150 ton perhari dan truk
membawa 20 ton perhari. Jumlah armada pengangkut sampah adalah 51.
Berdasarkan hal
tersebut, memberikan peluang kepada Tim PRIMA untuk mengaplikasikan ilmu
pengatahuan yang notabenenya sebagai organisasi Penalaran Dan Riset Ilmiah
Mahasiswa Universitas Mataram dengan mengusung judul “Energizer
Trash Basket Sebagai Eco-Technologi Masa Depan Indonesia : Pilot Proyek di Desa
Kebon Kongo Gunung
Pengsong”. Gagasan ini dapat menyelesaikan permasalahan di atas
karena memiliki keunggulan, yakni; 1) mampu mengubah sampah menjadi sumber
energi listrik. 2) memberikan solusi yang berkelanjutan dengan mengandalkan
kepada energi natural non fosil. 3) pengembangan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi pencemaran. 4) mengurangi keresahan masyarakat atas pemadaman
bergilir yang sering diumumkan oleh PLN.
Jadi, melihat potensi kawasan dan resolusi gagasan, dapat
disimpulkan bahwa program bina desa memiliki indikator keberhasilan cukup besar
yang dapat dilihat dari potensi fisik wilayah, potensi sosial wilayah, potensi
ekonomi wilayah dan potensi lingkungan wilayah yaitu, terdapat kebutuhan yang sangat besar terhadap produk
yang
mampu mengatasi permasalahan krisis
energi maupun permasalahan sampah
terlebih
bagi yang
mampu mengatasi kedua
permasalahan
tersebut sekaligus. Kebutuhan masyarakat yang tinggi berarti peluang pasar yang
besar sehingga
berpotensi memberikan keuntungan yang melimpah. Hal
ini kemudian mendorong terciptanya produk “Energizer Trash Basket (EnTB)”. Produk ini adalah sebuah
inovasi teknologi yang mampu memodifikasi sampah menjadi energi listrik melalui rekayasa efek seabeck
dan destilasi uap buangan. Rekayasa efek
seabeck digunakan pada proses reduksisasi saat
pembakaran sampah.
Sedangkan proses pelarutan yang
dimaksudkan
agar asap
buangan
dapat
dikonversi menjadi air murni
dari
hasil
pembakaran
pada Inovasi
teknologi
ini. Sehingga nantinya inovasi teknologi ini tidak mencemari lingkungan
Sehingga, kondisi kekinian, sampah bukan lagi menjadi
masalah namun sebaliknya menjadi sumber kesejahteraan masyarakat dengan
mengoptimalkan manfaat teknologi, informasi dan komunikasi.
INDIKATOR KEBERHASILAN
Target
yang ingin dicapai melalui upaya meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan
sampah di desa Kuranji kebon kongo gunung pengsong dari bentuk pengelolaan
secara tradisional yaitu penimbunan dan pemilahan menjadi teknologi tepat guna.
Sehingga indikator keberhasilan dari terget tersebut adalah :
1.
Adanya perubahan
pengetahuan masyarakat Desa Kuranji kebong kongo gunung pengsong bahwa
pengelolaan sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan melalui
pemabuatan media sampah.
2.
Dengan terbentuknya
kesadaran masyarakat akan kemanfaatan sampah, sehingga terbentuknya kawasan
yang bersih, sehat dan jauh dari pencemaran.
3.
Terbentuknya
hubungan kemitraan antara perguruan tinggi, masyarakat desa Kuranji dan yang
lebih penting adalah pemerintah sebagai pelayan publik.
4.
Terbentuknya
kelambagaan lokal melalui manajemen organisasi masyarakat, harapannya untuk keberlanjutan
program dalam orientasi pengembangan.
METODE PELAKSANAAN
Metode
yang digunakan dalan Transfer IPTEKS yang dilakukan Tim PRIMA, dilakukan pada
tiap tahapan dengan menggunakan prinsip bahwa setiap inovasi yang diterima oleh
Mitra sebaiknya melalui proses, mendengar, mengetahui, mencoba, mengevaluasi,
menerima, meyakini, dan melaksanakan (Hariansyah dan Nurhayati, 2015). Harapan
dari proses tersebut adalah kemampuan masyarakat untuk mengadopsi inovasi
secara berkesinambungan, serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
yang telah dikuasainya. Harapan tersebut diyakini akan berhasil melalui tahapan
penjelasan, diskusi, praktek serta dilakukan tahapan pendampingan. Konkritnya,
tahapan yang digunakan dalam pengabdian ini adalah :
a)
Sosialisasi
b)
Demo
produk sekaligus pengujian
c)
Pembagian
poster
d)
Manajemen
organisasi
e)
Presentasi
kepada instansi pemerintah, masyarakat dengan mengundang TV 9
f)
Pembentukan
kelembagaan lokal sebagai bentuk menindaklanjuti program
g)
Pembuatan
laporan
h)
Revisi
laporan
i)
Laporan
akhir
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu yang dibutuhkan ± 5
bulan untuk dapat menyelesikan keseluruhan
tahapan program, dari sosialisasi hingga penggunaan secara berkelanjutan
setelah pembentukan kelembagaan lokal. Waktu 5 bulan terdiri dari kegiatan
harian dan mingguan, kemudian setiap kegiatan yang selalu diakhiri dengan
pencatatan sebagai bentuk evaluasi terlaksananya program bina desa kuranji
mandiri energi.