twitter



PENDOSA LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH DIBANDINGKAN AHLI IBADAH 


Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Pendosa yang tidak pernah berputus asa terhadap rahmat Allah, itu lebih dekat dengan Allah dari pada ahli ibadah yang berputus asa terhadap rahmat Allah”.

Hikayat Pertama : 
 
Diceritakan oleh Zaid bin Aslam yang beliau terima dari Umar ra, bahwa dahulu kala ada seorang laki-laki yang sangat giat melakukan ibadah. Tubuhnya tekadang sampai letih karena beribadah. Namun, ia sering membuat orang-orang berputus asa karenanya. Tatkala ia meninggal dunia, ia dihadapkan kepada Allah dan
berkata : “ Wahai Tuhanku, ganjaran apa yang aku dapatkan darimu?”, maka Allah menjawab : “ Neraka”. Ia pun berkata : “Wahai Tuhanku, lalu dimana pahala ibadahku dan jihadku?”, lalu Allah menjawab : “sesungguhnya engkau telah membuat orang-orang berputus asa terhadap rahmatKU semasa hidup di dunia, maka saat ini AKU pun akan membuatmu berputus asa dari rahmatKU (disiksa)”.

Hikayat kedua :
Dahulu kala ada seorang laki-laki yang tidak memiliki sedikitpun kebaikan kecuali rasa tauhidnya kepada Allah. Tatkala hampir akan meninggal dunia, ia berwasiat kepada keluarganya: “Jika aku telah mati, maka bakarlah jenazahku sampai menjadi debu kemudian buanglah kelaut disaat angin bertiup kencang. Maka wasiatpun dijalankan. Lalu Allah mengumpulkannya dan bertanya : “Kenapa engkau melakukan perbuatan itu?”, maka ia menjawab : “Hamba malu dan takut kepadaMU ya Allah”. Maka Allah pun mengampuninya sedangkan ia tidak memiliki kebaikan sama sekali melainkan rasa tauhidnya kepada Allah.

Hikayat Ketiga:
Ada seorang laki-laki meninggal dunia pada zaman Nabi Musa as. Orang-orang tidak ada yang mau memandikan, mengkafani, menyolatkan dan menguburkannya dikarenakan kefasikannya.  Mereka pun memegang kedua kaki dan tangannya kemudian melemparkannya ke tempat sampah. Lalu Allah SWT mewahyukan kepada nabi Musa :  “Wahai Musa, ada seorang laki-laki yang meninggal dunia di kampung si pulan, ia dibuang ke tempat sampah sedangkan ia adalah waliKU. Namun penduduk kampong itu tidak ada yang mau memandikan, mengkafani dan menguburkannya, maka pergilah engkau, lalu mandikan, kafankan, sholatkan dan kuburkanlah ia”. Maka pergilah nabi Musa ke kampong itu dan bertanya kepada mereka tentang keberadaan mayat itu. Mereka berkata : “memang ada seorang laki-laki yang meninggal dunia yang sifatnya seperti apa yang Anda sebutkan itu, tetapi ia adalah laki-laki yang fasik”. Kemudian nabi Musa berkata : “lalu dimana tempatnya, karena Allah SWT telah mewahyukan kepadaku”. Maka merekapun memberitahukan tempatnya dan Beliau pergi bersama-sama mereka. Ketika mereka sampai dan nabi Musa melihat sendiri tempat pembuangannya, merekapun kembali menceritakan tentang perihal laki-laki itu bahwa ia adalah seorang laki-laki yang jahat perangainya. Mendengar hal itu, nabi Musa pun bermunajat kepada Allah SWT : “ Wahai Tuhanku, Engkau telah memerintahkan hamba untuk menyolatkan dan menguburkannya, sedangkan masyarakatnya menyaksikan bahwa ia adalah orang yang jahat perangainya, namun Engkau lebih Mengetahui daripada mereka mengenai kebaikan dan keburukannya”. Maka Allah mewahyukan kepada nabi Musa : “ Wahai Musa, memang benar apa yang dikatakan oleh masyarakatnya itu bahwa ia adalah laki-laki yang jahat perangainya. Namun ketika akan tiba ajalnya, ia memohon tiga syafaat kepadaKU yang seandainya syafaat itu dipergunakan oleh seluruh orang-orang yang berdosa, niscaya AKU akan mengabulkannya. Bagaimana mungkin AKU tidak mengasihaninya disaat ia mreminta sedangkan AKU adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”. Lalu Musa berkata : “ Apakah yang tiga perkara itu wahai Tuhanku?”. Allah berfirman : “Ketika akan tiba ajalnya, hambaKU itu berkata : “Wahai Tuhanku, Engkau lebih mengetahui daripada hamba, sesungguhnya hamba adalah orang yang bergelimang dengan kemaksiatan, namun hati hamba sangat membenci kemaksiatan itu, akan tetapi karena ada tiga perkara yang menyebabkan hamba melakukan maksiat sembari hamba membencinya yaitu hawa nafsu, sahabat yang buruk dan iblis laknatullah, karena tiga hal inilah yang menyebabkan hamba jatuh dalam kemaksiatan dan Engkau Maha tahu apa yang hamba katakana, maka ampunilah hamba. Kedua, ia berkata : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau tahu bahwa hamba selalu melakukan maksiat sehingga kedudukan hamba sama dengan orang yang fasik, akan tetapi hamba senang bersahabat dengan orang-orang yang shalih dan orang-orang yang zuhud. Duduk bersama mereka lebih hamba cintai dari pada duduk bersama orang-orang yang fasik. Ketiga, ia berkata : “wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau lebih tahu dari pada hamba bahwa orang yang shalih lebih hamba cintai daripada orang yang fasik, sehingga bila dua orang datang menjumpai hamba sedang diantara mereka ada yang shalih dan yang thalih, maka hamba lebih mendahului hajat orang yang shalih itu daripada orang yang thalih. Pada riwayat lain disebutkan : “ wahai Tuhanku, jika Engkau memaafkan hamba dan mengampuni dosa-dosa hamba, maka para wali dan para nabimu pasti akan bahagia dan syaitan akan bersedih dimana mereka adalah musuhku dan musuhMU. Jika Engkau menyiksa hamba karena sebab dosa-dosaku, maka syaitan dan bala tentaranya akan riang gembira sedangkan para wali dan para nabiMU akan bersedih hati. Sesungguhnya hamba tahu bahwa kebahagian para waliMU tentunya lebih Engkau sukai daripada kebahagian syaitan dan bala tentaranya, maka ampunilah hamba. Ya Allah, sesungguhnya Engkau lebih tahu daripada hamba terhadap apa yang hamba utarakan, maka kasihanilah hamba dan bebaskanlah hamba dari siksaan neraka”. Lalu Allah berfirman : “AKU pun merahmatinya dan mengampunkan dosanya serta membebaskannya dari siksa neraka, karena sesungguhnya AKU Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang khususnya bagi orang yang mengakui dosanya dihadapanKU. Wahai Musa, laksanakan apa yang telah AKU perintahkan kepadamu. Dan sesungguhnya karena kemuliaan hambaKU, maka AKU akan mengampuni dosa orang-orang yang menyolati jenazahnya dan menghadiri pemakaman jenazahnya”.
Sumber : Kakanda Irwandani, Terjemahan Kitab Ushfuriyyah Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar

0 komentar:

Posting Komentar